Biografi Soekarno Sang "Bapak Proklamator Indonesia" part 2



#Romansa Cinta Sang Proklamator
Di balik nama hebat Soekarno, ternyata sang Bapak Proklamator ini mempunyai sederatan kisah asmara yang menarik untuk ditelusuri. Layaknya, manusia-manusia pada umumnya, Soekarno menyimpan banyak cerita tentang romansa cinta dalam perjalanan hidupnya. Bahkan Soekarno sering disebut-sebut sebagai sang petualang cinta.

Soekarno tidak hanya dikenal sebagai sosok yang sangat heroik dan patriotik, tetapi ia juga sosok yang sangat romantis. Drama cinta Sang Proklamator ini bermula, saat ia berjumpa dengan seorang perempuan berparas cantik bernama Ingait Garnasih.

Inggit adalah istri kedua Soekarno. Sedang istri pertama Soekarno adalah Oetari.
Pada tahun 1923 Soekarno bercerai dengan Oetari. Setelah memulangkan Oetari kepada ayahnya di Surabaya, Soekarno kembali ke Bandung. Perasaan Soekarno terhadap Inggit rupanya tak lepas dari pengamatan Sanusi, suami Inggit. Namun alih-alih marah, Sanusi malah menganjurkan Inggit menerima Soekarno. Sejak saat itulah hubungan Soekarno dan Inggit Garnasih semakin dekat.

Garnasih merupakan nama lahir asli dari sosok Inggit Garnasih. Nama Garnasih sendiri merupakan singkatan dari  kata Hegar dan Asih. Dalam terminologi bahasa Sunda, Hegar memiliki makna segar dan juga menghidupkan. Sedangkan kata Asih memiliki arti kasih sayang. Adapun nama tambahan di depan kata Garnasih, yakni kata Inggit disematkan karena terinspirasi dari jumlah uang seringgit.

Saat itu, ada ungkapan menarik tentang sosok Inggit Garnasih. Dimana seseorang yang mendapatkan senyuman dari Inggit ibarat mendapat uang seringgit. Pada perkembangan selanjutnya, Inggit Garnasih menjelma menjadi sosok perempuan yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan Soekarno. Sebab, Inggit Garnasihlah yang mendampingi dan menemani Soekarno saat masa-masa perjuangannya melawan penjajah.

Kehidupan Soekarno muda sering dalam situasi berbahaya dan menderita. Dan Inggitlah satu-satunya perempuan yang setia mendampinginya. Inggit tidak saja rela mengeluarkan hartanya untuk perjuangan Soekarno, tetapi ia juga rela berjualan jamu. Bahkan dengan lihainya Inggit menyelundupkan sandi-sandi penting melalui telur, al-Qur'an dan lain-lain, saat Soekarno mendekam di balik jeruji besi.

Drama cinta Soekarno dengan Inggit Garnasih bermula saat Soekarno muda masih berstatus mahasiswa di Bandung Saat kuliah di Bandung itulah, Soekarno muda kos di rumah Sanusi yang tak lain adalah suami Inggit. Momentum itu kemudian yang mempertemukan kedua anak manusia tersebut, hingga mereka menjadi sepasang kekasih.

Soekarno dan Inggit Garnasih menikah pada 24 Maret 1923. Pernikahan Soekarno dengan Inggit di era perjuangan, sesungguhnya sangat penuh romantika dan dinamika. Hanya ada satu Inggit di atas bumi ini, dan satu-satunya Inggit Garnasih itulah yang paling berhak mendampingi Soekarno. Cinta dan ketulusan Inggit membantu Soekarno dalam berjuang membela tanah air sungguh luar biasa.

Ia merupakan sosok perempuan tangguh, yang tak mudah roboh oleh gunjingan dan cacian . Seringkali ia mengalami pelecehan dari tentara Belanda karena ia adalah istri dari Soekarno. Selain itu, Inggit juga tabah mendampingi Soekarno hidup di pengasingan, baik selama di Ende maupun di Bengkulu. Inggit juga berperan penting saat Bung Karno ditahan di Sukamiskin.

Dalam keadaan yang serba sulit, Inggit membanting tulang. Ia membuat rokok lintingan. Rokok itu diberi nama "Rokok Kawung Ratna Djuami". Untuk menjenguk Bung Karno, karena tak ada uang, ia harus rela berjalan kaki sejauh 15 kilometer pulang pergi. Dalam setiap kunjungannya, ia tak lupa membawa buku-buku dan sejumput informasi.

Konon, dalam buku-buku yang diselundupkannya, terdapat bahasa sandi berupa bekas lubang jarum "sepert huruf braile" sehingga Soekarno dapat terus mengikut perkembangan di luar. Kadang juga Inggit mengirimkan telur asin, yang bertanda berita buruk. Sedangkan telur biasa, yang dibagian kulitnya diberi satu tusukan peniti, menjadi penanda berita baik. Adapum dua tusukan berarti ada seorang kawan ditangkap, dan 3 tusukan berarti ada penyergapan besar- besaran.

Meski Soekarno berkali-kall dijebloskan ke penjara, nyatanya tak pernah memudarkan semangatnya dalam berjuang membela tanah air. Ia terus melakukan kegiatan politiknya yang membuat pemerintah Hindia Belanda geram dan memutuskan mengasingkannya ke Ende, Flores.

Inggit lagi-lagi berperan besar di masa-masa itu. Ia menjual rumahnya di Bandung dan bersama Ibunya, Ibu Amsi dan putri angkatnya, Ratna Juami mendampingi Soekarno hidup dalam pengasingan di Ende, Flores, daerah Km yang sangat asing bagi mereka.

Selama hidup dalam pengasingan di Ende ini, jiwa seni Soekarno berkembang. Ia menulis dan menyutradarai beberapa sandiwara. Selain itu Soekarno juga suka melukis. Namun hobi melukisnya ini memerlukan biaya besar untuk membeli kanvas dan cat, tapi Inggit tanpa mengeluh, selalu memenuhi keinginan Soekaro.
Seperti saat di Bandung, di Ende pun Inggit tak pernah berpangku tangan. Ia bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia suka berjualan kain yang dipesannya dari kerabatnya di tanah Jawa untuk dikirimkan ke Ende.

Jadi, selama mendampingi Soekarno di pengasingan itulah, Inggit benar-benar menjadi tulang punggung Soekarno. Wajar jika kemudian Inggit sering disebut- sebut sebagai sosok perempuan yang paling berjasa dalam mengantar Soekarno ke gerbang kemerdekaan. Namun menjelang berakhirnya pendudukan Belanda dan mulai masuknya pendudukan Jepang, Soekarno justru mulai tertambat hati dengan perempuan lain, yang tak lain adalah Fatmawati.

Masa-masa inilah hubungan cinta Bung Karno dengan Inggit mulai retak. Sebagaimana perempuan lainnya, Inggit juga tidak mau dimadu cintanya. Perseteruan Soekarno dengan Inggit ini semakin memuncak ketika Inggit tahu gelegat suaminya jatuh hati kepada Fatmawati.

Pada saat itulah, Inggit meminta Soekarno untuk menceraikannya. Dari situ, usai sudah romansa cinta Soekarno dengan Inggit. Pada tahap selanjutnya, perjalanan cinta Soekarno masuk ke dalam episode baru, yakni bersama Fatmawati.

Inggit yang selama ini mendampingi Soekano melewati masa-masa sulit dalam perjuangan pergerakan menuju Indonesia merdeka tak bisa memetik buah pengabdiannya saat Soekarno menjadi presiden pertama republik ini. Inggit tak pernah menjadi first lady negeri ini dan menikmati hidup dalam istana negara.

#Keluarga, Negara dan Karya
Berkali-kali ia dibungkam, dijebloskan ke penjara hingga diasingkan, tak membuat nyali Soekarno surut. Sebaliknya api semangat dalam jiwa Soekarno justru semakin berkobar- kobar. Pergulatan Soekarno semasa berjuang tertatih-tatih untuk NKRI, nampaknya sebanding lurus dengan lika-liku perjalanan rumah tangganya.

Setelah sebelumnya gagal mempertahankan hubungannya dengan Oetari, istri pertama, Soekarno juga gagal menjaga rumah tangganya dengan sosok perempuan hebat Inggit Garnasih, yakni istri kedua Soekarno. Dua kali gagal dalam membangun kehidupan rumah tangganya tak menyurutkan Soekarno untuk membangun keluarga kecil barunya. Bersama perempuan bernama Fatmawati, Soekarno kemudian merintis keluarga barunya.

Jika di masa-masa pergerakan kemerdekaan Soekarno memiliki pendamping hebat bernama Inggit Garnasih, maka saat memimpin negeri ini, Soekarno juga mempunyai istri yang tak kalah hebatnya dengan Inggit, yakni Fatmawati. Ia adalah ibu negara pertama Indonesia. Ia juga yang menjahit bendera Merah Putih yang dikibarkan untuk pertama kalinya dalam peristiwa penting pembacaan teks proklamasi 17 Agustus 1945.

Sebagai perempuan yang hidup di masa kolonialisme maka kehidupan kecil Fatmawati penuh dengan penderitaan dan kesulitan. Meski keluarganya terbilang keluarga mapan, namun bukan berarti Fatmawati hidup dengan enak. Berkali kali ia bersama kedua orang tuanya hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Saat itu ayahnya, bernama Hassan Din ikut bekerja dengan perusahaan Belanda, di Bengkulu. Namun, lantaran ketertarikannya sang ayah sebagai aktivis Muhammadiyyah membuatnya memilih memutuskan kerja di perusahaan Belanda. Sang ayah pun lebih memilih aktif sebagai anggota organisasi Muhammadiyah.

Mulai saat itulah, Fatmawati dan kedua orang tuanya kerap berpindah-pindah tempat disejumlah kota di Sumatera. Soekarno menikahi Fatmawati pada tahun 1943. Meski demikian, beberapa bulan pasca pernikannya, Soekarno sering berpisah dengan Fatmawati. Dimana Fatmawati tinggal di Bengkulu, sedangkan Soekarno memilih sibuk dengan urusannya di Jakarta. Kala itu, Soekarno berstatus sebagai pemimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera).

Kehidupan keluarga Soekarno mulai berjalan normal, mereka tinggal bersama pada 1943. Dimana saat itu, Fatmawati yang diantar oleh kedua orang tuanya terbang menuju Jakarta untuk menemani sang suami yang berjuang membela tanah air. Sesampai di Jakarta, Fatmawati langsung mendampingi sang suami dalam menyiapkan segala keperluan menyongsong kemerdekaan Republik Indonesia.

Keluarga kecil Soekarno dengan Fatmawati berjalan harmonis. Mereka tinggal di salah satu kawasan di Jakarta. Kebahagian keluarga kecil Soekarno-Famawati semakin sempurna ketika ia dikaruniai seorang putra. Sebuah mimpi yang selama ini didamba-dambakan Soekarno yang menginginkan seorang anak dari darah dagingnya sendiri. Dari pernikahannya inilah Soekarno dikaruniai 5 anak sekaligus.

Selama mendampingi Soekarno berjuang membela tanah air, Fatmawati turut menjadi saksi atas lahirnya proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Bahkan dia juga turut berperan aktif dalam peristiwa bersejarah itu, yakni menjahit bendera merah putih. Momentum ini menjadi peristiwa sejarah yang tidak pernah terlupakan. Selang beberapa tahun pernikahannya dengan Fatmawati, hati Soekarno kembali tertambat pada sosok perempuan lain yang bernama Hatini. Hal inilah yang membuat hubungan rumah tangga Bung Karno dengan Fatmawati menjadi goyah. Ketertarikan Soekarno terhadap Hartini, membuat hati Fatmawati menjadi remuk redam. Layaknya Inggit Garnasih, Fatmawati pun enggan dimadu oleh Soekarno Akhirnya ia meminta untuk diceraikan dan memilih tinggal sendiri di Jakarta.

Karena kegigihannya inilah Fatmawati kemudian menjadi simbol perjuangan kaum perempuan dalam menentang poligami. Saat itu, gerakan untuk membela hak-hak perempuan di Indonesia mulai menggeliat. Bagian dari gerakan ini adalah tuntutan akan diadakannya perubahan hukum pernikahan.

Pada mulanya, Fatmawati enggan menyetujui gerakan ini. Namun karena dia sendiri melihat kecenderungan suaminya untuk terus menikah lagi, maka diapun setuju dengan gerakan tersebut. Fatmawati sendiri pada saat itu sangat ingin segera cerai dari Soekarno. Tetapi dia tidak menemukan pemimpin agama yang berani menentang kehendak Soekarno. Sebab, pemimpin agama yang mau menceraikan Fatmawati dengan Soekarno sama saja berhadapan dengan kehendak sang presiden.

Di tengah rumitnya drama rumah tangga Soekarno bukan lantas mengahalangi sang Singa Podium ini untuk berhenti berkiprah dan berkarya dalam membangun bangsa ini. Banyak karya yang dilahirkan oleh sosok sang Proklamator ini. Situasi rumah tangga yang senantiasa tak berjalan mulus, justru banyak mengilhami Soekarno dalam melahirkan karya-karyanya. Sebagai seorang lulusan teknik sipil, Bung Karno memiliki perhatian besar terhadap dunia arsitektur.

Banyak sekali karya arsitektur yang sekarang menjadi kebanggaan bangsa, sebagai landmark, yang bersumber dari gagasan-gagasan briliant Soekarno. Meski bukan murni hasil rancangan sendiri, namun hampir semua ide tercetus dari ide orisinal Bung Karmo. Monumen Nasional (Monas) merupakan bukti sumbangan terbesar dari Bung Karno mengenal karya arsitektur Indonesia.

Bukan hanya karya arsitektur yang berupa gedung-gedung atau monumen-monumen saja yang menjadi perhatian dari sosok Bung Karno, melainkan juga patung-patung, taman-taman, kawasan, bahkan sampai-sampai skala kota pun digagas dan direalisasikan oleh Bung Karno. Contoh, Patung Pembebasan Irian Jaya, Patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia, Patung Pancoran, Patung Tugu Tani di Menteng, Masjid Istiqlal dan lain-lain.

0 Response to "Biografi Soekarno Sang "Bapak Proklamator Indonesia" part 2"

Post a Comment

Berkomentarlah dengan bahasa yang baik dan sopan dan tidak mengandung penghinaan SARA

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel