Faktor-faktor Psikologis dalam Belajar
Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku si subjek belajar, ternyata banyak faktor banyak faktor yang mempengaruhinya.
Dalam belajar unsur ini tidak dapat dipisahkan dengan unsur-unsur psikologis yang lainnya. Perlu diingat bahwa pemahaman bukan hanya sekedar tahu, tetapi juga menghendaki agar belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipahami.
Kemudian perlu ditegaskan bahwa pemahaman bersifat dinamis. Dengan ini diharapkan, pemahaman akan bersifat kreatif. Ia akan menghasilkan imajinasi dan pikiran yang tenang.
Secara garis besar faktor tersebut terbagi menjadi dua yakni faktor internal dan faktor eksternal. Akan tetapi yang akan dibahas disini adalah faktor internal yaitu faktor-faktor psikologis.
Faktor-faktor psikologis belajar memiliki peranan penting dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini ada berbagai model klasifikasi pembagian macam-macam faktor psikologis yang diperlukan dalam kegiatan belajar.
Faktor-faktor psikologis belajar memiliki peranan penting dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini ada berbagai model klasifikasi pembagian macam-macam faktor psikologis yang diperlukan dalam kegiatan belajar.
Thomas F. Staton menguraikan enam macam faktor psikologis sebagai berikut:
#1. Motivasi
Seseorang akan berhasil dalam kegiatan belajar, jika pada dirinya sendiri terdapat keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang bisa kita sebut motivasi.
Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal yakni yang pertama ialah mengetahui yang akan dipelajari dan yang kedua memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.
Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi (tidak mengerti akan apa yang dipelajari dan tidak memahami mengapa hal tersebut perlu dipelajari) maka kegiatan belajar akan terasa sangat sulit.
Di dalam belajar, mungkin juga ada perhatian sekedarnya, akan tetapi tidak konsentrasi, maka materi yang masuk dalam pikiran mempunyai kecenderungan berkesan, tetapi samar-samar di dalam kesadaran.
Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi (tidak mengerti akan apa yang dipelajari dan tidak memahami mengapa hal tersebut perlu dipelajari) maka kegiatan belajar akan terasa sangat sulit.
#2. Konsentrasi
Konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Unsur motivasi di dalam ini sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian. Di dalam konsentrasi ini keterlibatan mental secara detail sangat diperlukan, sehingga tidak “perhatian” sekedarnya.Di dalam belajar, mungkin juga ada perhatian sekedarnya, akan tetapi tidak konsentrasi, maka materi yang masuk dalam pikiran mempunyai kecenderungan berkesan, tetapi samar-samar di dalam kesadaran.
Kesan itu mungkin juga jelas bagi seseorang untuk memahami secara umum apa yang telah dilihat dan didengarnya, tetapi tidak cukup kuat untuk membuat kesan yang hidup dan tahan lama.
Belajar harus aktif, bukan sekedar apa adanya, menyerah pada lingkungan, tetapi semua itu harus dipandang sebagai tantangan yang memerlukan reaksi. Jadi orang yang belajar harus aktif, bertindak dan melakukannya dengan segala panca indranya secara optimal.
Perbedaan belajar yang hasil dengan kebingungan, kemungkinan besar hanyalah perbedaan antara penerima dan pengatur fakta-fakta dan ide-ide dalam pikiran seseorang yang belajar. Dalam hal ini dibutuhkan keterampilan mental untuk mengorganisasikan stimulus (fakta-fakta, ide-ide).
Untuk membantu seseorang agar cepat mengorganisasikan fakta atau ide-ide dalam pikirannya, maka diperlukan perumusan tujuan yang jelas dalam belajar. Dengan demikian akan terjadi proses yang logis.
#3. Reaksi
Di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, sebagai suatu wujud reaksi. Pikiran dan otot-ototnya harus dapat bekerja secara harmonis, sehingga subjek belajar itu bertindak atau melakukannya.Belajar harus aktif, bukan sekedar apa adanya, menyerah pada lingkungan, tetapi semua itu harus dipandang sebagai tantangan yang memerlukan reaksi. Jadi orang yang belajar harus aktif, bertindak dan melakukannya dengan segala panca indranya secara optimal.
#4. Organisasi
Belajar dapat juga dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran ke dalam suatu kesatuan pengertian. Hal semacam inilah yang dapat membuat seseorang belajar akan menjadi mengerti dan lebih jelas, tetapi mungkin juga bertambah bingung.Perbedaan belajar yang hasil dengan kebingungan, kemungkinan besar hanyalah perbedaan antara penerima dan pengatur fakta-fakta dan ide-ide dalam pikiran seseorang yang belajar. Dalam hal ini dibutuhkan keterampilan mental untuk mengorganisasikan stimulus (fakta-fakta, ide-ide).
Untuk membantu seseorang agar cepat mengorganisasikan fakta atau ide-ide dalam pikirannya, maka diperlukan perumusan tujuan yang jelas dalam belajar. Dengan demikian akan terjadi proses yang logis.
#5. Pemahaman
Pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan seseorang dapat memahami suatu situasi.Dalam belajar unsur ini tidak dapat dipisahkan dengan unsur-unsur psikologis yang lainnya. Perlu diingat bahwa pemahaman bukan hanya sekedar tahu, tetapi juga menghendaki agar belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipahami.
Kemudian perlu ditegaskan bahwa pemahaman bersifat dinamis. Dengan ini diharapkan, pemahaman akan bersifat kreatif. Ia akan menghasilkan imajinasi dan pikiran yang tenang.
Apabila seseorang benar-benar paham apa yang ia pelajari, maka ia akan siap memberikan jawaban yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan dalam belajar. Dengan demikian jelas, bahwa pemahaman merupakan unsur psikologis yang penting dalam belajar.
Mengulangi suatu pekerjaan atau fakta yang sudah dipelajari membuat kemampuan kita untuk mengingatnya akan semakin bertambah. Hanya perlu ditegaskan bahwa kegiatan mengulang harus disertai dengan pikiran dan bertujuan.
Ulangan tanpa pemikiran akan sia-sia. Mengulang dengan pemikiran dan bertujuan inilah yang membedakan dengan kegiatan mengulang yang sekedar mengulang secara otomatis. Dengan demikian, dalam mengulang ini akan lebih baik kalau dipadukan dengan faktor-faktor psikologis yang lain.
Demikianlah uraian mengenai enam faktor psikologis dalam belajar. Belajar akan lebih baik dan optimal jika ke enam faktor tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik.
#6. Ulangan
Lupa merupakan sesuatu yang tercela dalam belajar. Tetapi lupa juga merupakan sifat umum manusia. Sifat ini merupakan gejala psikologis yang harus kita atasi. Sehubungan dengan kenyataan tersebut, untuk mengatasi kelupaan, diperlukan kegiatan “ulangan”.Mengulangi suatu pekerjaan atau fakta yang sudah dipelajari membuat kemampuan kita untuk mengingatnya akan semakin bertambah. Hanya perlu ditegaskan bahwa kegiatan mengulang harus disertai dengan pikiran dan bertujuan.
Ulangan tanpa pemikiran akan sia-sia. Mengulang dengan pemikiran dan bertujuan inilah yang membedakan dengan kegiatan mengulang yang sekedar mengulang secara otomatis. Dengan demikian, dalam mengulang ini akan lebih baik kalau dipadukan dengan faktor-faktor psikologis yang lain.
Demikianlah uraian mengenai enam faktor psikologis dalam belajar. Belajar akan lebih baik dan optimal jika ke enam faktor tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik.
0 Response to "Faktor-faktor Psikologis dalam Belajar"
Post a Comment
Berkomentarlah dengan bahasa yang baik dan sopan dan tidak mengandung penghinaan SARA